Jumat, 27 Juli 2018

Sebuah Versi Khotbah Pemutaran Roda Dharma

ni adalah terjemahan Cina tertua yang masih lestari dari sebuah versi Khotbah Pemutaran Roda Dharma (Dharmacakra Pravartana Sūtra). Hampir semua versi khotbah ini dalam Tripiṭaka Tionghoa telah dialihkan ke bahasa Inggris di sini dan sini, kecuali versi yang termuat dalam berbagai biografi Buddha (misalnya: dalam dua terjemahan Lalitavistara, dll.) serta versi An Shih-kao dari pertengahan abad II di bawah ini. Kita tidak tahu dari kanon mazhab manakah An Shih-kao menerjemahkan versinya. Sebagai terjemahan perdana, di dalamnya banyak kita temukan istilah-istilah arkais sehingga kadang-kadang timbul kesulitan untuk memastikan bentuk Indis aslinya. Ketidakkonsistenan dalam pemakaian istilah juga menunjukkan bahwa An Shih-kao masih mencari-cari terjemahan yang pas sebagai padanan baku.

Khotbah Pemutaran Roda Dharma pada dasarnya dapat dianalisa menjadi tiga bagian. Bagian 1 membahas dua ekstrem yang harus dihindari serta Jalan Tengah yang harus diadopsi, yang berunsur delapan. Bagian 2 menjelaskan definisi masing-masing dari keempat Kebenaran. Sedangkan bagian 3 berisi pemutaran keempat Kebenaran tersebut dalam dua belas modus, timbulnya mata Dharma pada Kauṇḍinya, dan diwartakannya berita gembira ini secara estafet oleh para dewa hingga ke surga brahma.

Menilik berbagai versi yang ada, nyatalah bahwa yang dinamakan Dharmacakra Pravartana Sūtra setepatnya hanya memuat bagian 3. Di India kuno, dalam kanon mazhab-mazhab tertentu, bagian 3 seringkali beredar tersendiri, misalnya: sebagai sūtra ke-379 Saṃyukta Āgama, 《轉法輪經》. Dalam varga XIX Ekottara Āgama, yang berasal dari kanon berbeda, sebaliknya, kita temukan dua ekstrem yang dibabarkan sebagai sūtra tersendiri 《二事經》 di luar Khotbah Pemutaran Roda Dharma.

Pada versi yang memuat tiga bagian, bagian 2 sepertinya merupakan sisipan yang berfungsi menjadi transisi, untuk menjelaskan kaitan antara Jalan Tengah berunsur delapan (di bagian 1) dengan Empat Kebenaran (yang diputar di bagian 3) — yakni: sebagai Kebenaran tentang jalan untuk mengakhiri penderitaan. Bahwasanya bagian 2 cuma tambahan dapat terlihat pada “Saṅghabheda Vastu” dari Mūlasarvāstivāda Vinaya (T. № 1450) yang juga memisahkan bagian 1 dan 3 sebagai dua peristiwa independen, diselingi dengan kegiatan mengemis derma dan makan. Oleh karenanya tidak perlu lagi ditambahkan suatu transisi di situ. Adegan pendefinisian masing-masing Kebenaran justru muncul di malam harinya setelah pemutaran Empat Kebenaran selesai.

Kekhasan tampak pada pembukaan versi An Shih-kao berupa masuknya unsur legenda tentang kemunculan secara ajaib sebuah Roda Dharma. Buddha menghentikan perputaran roda itu untuk kemudian memutarnya kembali di bagian 3. Mungkin terjadi salah-salin selama berabad-abad tentang jumlah bhikṣu yang hadir. Karakter 千 (‘seribu’) sepertinya adalah kekeliruan untuk 五 (‘lima’). Legenda Roda Dharma ini dikutip dalam karya ensiklopedis Fa-yüan chu-lin 《法苑珠林》 (‘Hutan Mutiara di Taman Dharma’, T. vol. 53 № 2122) topik ke-13, “Pembabaran Dharma” 說法部 (hlm. 370c). Namun, sayangnya, Fa-yüan chu-lin tidak menyebutkan berapa bhikṣu yang hadir. Bagaimanapun juga, khotbah pertama Bhagavan merupakan episode yang begitu populer dalam Buddhisme mazhab mana pun sehingga mustahil terdapat sebuah versi dengan jumlah hadirin yang berbeda.

Bagian 3 versi An Shih-kao juga unik karena sangat singkat. Pada berbagai versi Khotbah Pemutaran Roda Dharma, kedua belas modus tampil dalam dua varian permutasi:
  • Varian pertama bermula dari Empat Kebenaran itu sendiri, kemudian masing-masing dirincikan dalam tiga putaran. Versi yang menggunakan varian ini misalnya Dhammacakkappavattana Pāli.
  • Varian kedua langsung memerikan tiga putaran di mana setiap putaran menguraikan keempat Kebenaran. Berdasarkan varian ini, eksegesa dalam Buddhisme Tiongkok kemudian menafsirkan bahwa putaran-putaran itu berturut-turut bersifat indikatif 示轉, rekomendatif 勸轉, dan evidensial 證轉.
Versi An Shih-kao secara prinsipiil mengikuti varian kedua. Akan tetapi, Empat Kebenaran tidak diuraikan dalam masing-masing putaran. Urutan putaran-putaran itu pun terbalik; An Shih-kao secara jenius menghubungkannya dengan persona gramatikal Buddha. Sebagai orang pertama, Buddha mula-mula memutar Empat Kebenaran dengan memberikan evidens (“Aku sudah membuktikannya”). Kepada orang kedua, lawan bicara-Nya, Beliau menganjurkan rekomendasi (“Kebenaran ini harus di-…”). Sedangkan kepada orang ketiga, yang tidak hadir secara langsung saat Beliau berkhotbah, Beliau hanya menunjukkan indikasi (“inilah Kebenaran tentang …”).

Di samping itu, dalam versi ini pun pewartaan estafet oleh para dewa tidak terjadi. Suara pemutaran Roda Dharma hanya disebutkan terdengar dalam sekejap hingga ke alam brahma. Juga tidak diceritakan awal-mula Kauṇḍinya mendapat gelar “Ājñāta”. Akan tetapi, semua bhikṣu yang hadir saat itu dikatakan mencapai Kearhatan.









《佛說轉法輪經》
Dharmacakra Pravartana Sūtra
(T. № 109)






後漢 安息國三藏安世高 譯
Diterjemahkan oleh Tripiṭakācārya An Shih-kao dari Parthia
pada masa Dinasti Han Belakang






聞如是。
Demikianlah yang telah kudengar.



一時,佛在波羅㮈國,鹿野樹下坐。時,有比丘。諸天神皆大會,側塞空中。
Pada suatu ketika Buddha berada di Vārāṇasī, melungguh di Taman Rusa (Mr̥gadāva). Tatkala itu hadirlah seribu bhikṣu. Para dewa dalam rombongan besar pun merapat bersisian di angkasa.



於是有自然法輪飛來,當佛前轉。佛以手撫輪,曰:「止!往者吾從無數劫來,為名色轉,受苦無量。今者癡愛之意已止,漏結之情已解,諸根已定,生死已斷,不復轉於五道也。」
Maka secara ajaib muncullah sebuah roda Dharma yang terbang mendekat dan berputar di hadapan Buddha. Buddha menepuk roda tersebut dengan tangan-Nya seraya berkata: “Cukup! Dahulu, sejak berkalpa-kalpa yang tak terhitung, untuk mental dan fisik (nāmarūpa) Aku berputar-putar [dalam saṃsāra] dan menerima penderitaan yang tak terukur. Kini pikiran kecintaan yang dungu (saṃmohatr̥ṣṇā) telah terhenti, emosi menyimpul (upakleśa?) karena kebocoran (āsrava) telah terurai, segala indera-Ku telah termantapkan, kelahiran dan kematian telah Kupotong, tiada lagi perputaran dalam lima jalur (pañcagati).”

輪即止。
Roda itu pun berhenti.



1. Dua Ekstrem



於是佛告諸比丘:「世間有二事墮邊行。行道弟子捨家者,終身不當與從事。何等二?
Maka Buddha memberitahu para bhikṣu: “Di dunia ini terdapat dua hal yang merupakan praktik penjerumus ke pinggiran (anta). Seorang siswa yang melaksanakan Jalan dan meninggalkan rumah-tangga, sepanjang hayat tidak semestinya menurutinya. Apakah keduanya itu?

一為、念在貪欲,無清淨志;
1. Mendamba-dambakan hawa nafsu (kāmeṣu kāmasukhallikā) sehingga tiada perhatian murni;

二為、猗著身愛,不能精進。
2. Mengungkung secara ekstrem kecintaan badani (ātma-kāya-klamatha) sehingga tidak mampu bersemangat.

是故!退邊行,不得值佛道德真人。
Oleh karenanya, ia yang mundur kepada praktik pinggiran takkan dapat menjadi Pribadi Sejati (ārya)¹ pemegang kebajikan Jalan Buddha!



若此比丘不念貪欲、著身愛行,可得受中。如來最正覺得眼、得慧,從兩邊度,自致泥洹。何謂受中?
Apabila bhikṣu tersebut tidak mendambakan hawa nafsu atau mempraktikkan pengungkungan kecintaan badani, bolehlah ia mendapati Penerimaan yang Tengah (madhyamā pratipad). Tathāgata yang Tercerahkan Sempurna memperoleh mata (cakṣus), memperoleh kebijaksanaan (jñāna?) setelah terseberangkan dari kedua pinggiran; dan tiba di Nirvāṇa. Apakah Penerimaan yang Tengah itu?

謂,受八直之道:
Yakni, menerima Delapan Jalan yang Lurus:

一曰、正見,  1. Pandangan tepat (samyag-dr̥ṣṭi),
二曰、正思,  2. Pemikiran tepat (samyak-saṅkalpa)²,
三曰、正言,  3. Perkataan tepat (samyag-vāk),
四曰、正行,  4. Perilaku tepat (samyak-karmānta),
五曰、正命,  5. Penghidupan tepat (samyag-ājīva),
六曰、正治,  6. Pembinaan tepat (samyag-vyāyāma),
七曰、正志,  7. Perhatian tepat (samyak-smr̥ti)³,
八曰、正定。  8. Konsentrasi tepat (samyak-samādhi).



2. Empat Kebenaran Sejati



「若,諸比丘,本未聞道,當已知甚苦為真諦,已一心,受眼、受禪思、受慧見、覺所念,令意解。當知甚苦習盡為真諦已,受眼觀、禪思、慧見、覺所念,令意解。——如是盡真諦。
“Apabila, para bhikṣu, — sehubungan dengan Jalan yang belum pernah terdengar sini — telah Kuketahui sangat-sangat bahwa penderitaan merupakan Kebenaran Sejati, maka setelah memusatkan batin (manaskāra) atasnya, diperolehlah mata pengamat (cakṣus), diperolehlah meditasi penimbang (?), diperolehlah kebijaksanaan pemandang (jñāna?), diperolehlah keinsafan pencerah budi (āloka?), yang membawa pembebasan pikiran (cetovimukti). Setelah Kuketahui sangat-sangat bahwa akhir dari penyusun penderitaan merupakan Kebenaran Sejati, diperolehlah mata, diperolehlah meditasi, diperolehlah kebijaksanaan, diperolehlah keinsafan, yang membawa pembebasan pikiran. Demikianlah Kebenaran Sejati tentang akhir.



何謂為苦?謂:生老苦,病苦,憂悲惱苦,怨憎會苦,所愛別苦,求不得苦,要從五陰受盛為苦。
Apakah penderitaan? Yakni: kelahiran (jāti) dan ketuaan (jarā) adalah penderitaan; penyakit (vyādhi) adalah penderitaan; kesedihan (śoka), ratapan (parideva), dan iritasi (upāyāsa) adalah penderitaan; bersekutu dengan yang dibenci (apriya saṃprayoga) adalah penderitaan; terpisah dengan yang dicinta (priya viprayoga) adalah penderitaan; tidak mendapat apa yang diinginkan (yad api icchan paryeṣamāṇo na labhate) adalah penderitaan; pada esensinya apa pun dari kelima agregat penampung (pañcopādānaskandhā) adalah penderitaan.



何謂苦習?謂:從愛故,而令復有,樂性不離,在在貪憙:
Apakah penyusun penderitaan? Yakni: dari kecintaan (tr̥ṣṇā), yang menyebabkan keberadaan-kembali (punarbhava), yang tidak terceraikan dengan [gairah yang] sifatnya menggemarkan (nandī-rāga-sahagatā), di sana-sini menimbulkan ketagihan (tatra tatra abhinandinī):

欲愛、    kecintaan akan nafsu (kāma tr̥ṣṇā),
色愛、    kecintaan akan wujud (rūpa tr̥ṣṇā),
不色之愛。  kecintaan akan tanpa-wujud (ārūpya tr̥ṣṇā).

是習為苦。
Penyusun inilah yang menyebabkan penderitaan.



何謂苦盡?謂:覺從愛、復有所樂婬念;不受、不念、無餘、無婬、捨之、無復禪。如是為習盡。
Apakah akhir dari [penyusun] penderitaan? Yakni: keinsafan dari kecintaan, yang dengan gairah menyebabkan keberadaan-kembali digemarkan; tidak menerimanya (pratinisarga?), tidak mendambakannya (prahāṇa?), tanpa menyisakannya (aśeṣa), tanpa menggairahinya (virāga), melepasnya (nirodha?), tanpa mempertimbangkannya kembali (?). Demikianlah yang menyebabkan penyusun berakhir.



何謂苦習盡欲受道?謂:受行八直道:正見、正思、正言、正行、正命、正治、正志、正定。是為苦習盡受道真諦也。
Apakah jalan yang harus diterima untuk mengakhiri penyusun penderitaan? Yakni: menerima dan mempraktikkan Delapan Jalan yang Lurus: pandangan tepat, pemikiran tepat, perkataan tepat, perilaku tepat, penghidupan tepat, pembinaan tepat, perhatian tepat, konsentrasi tepat. Demikianlah Kebenaran Sejati tentang jalan yang harus diterima untuk mengakhiri penyusun penderitaan.



3. Tiga Putaran



「又是!比丘。苦為真諦,苦由習為真諦,苦習盡為真諦,苦習盡欲受道為真諦。
“Selanjutnya, para bhikṣu! Penderitaan merupakan Kebenaran Sejati, penyusun yang menyebabkan penderitaan merupakan Kebenaran Sejati, akhir dari penyusun penderitaan merupakan Kebenaran Sejati, jalan yang harus diterima untuk mengakhiri penyusun penderitaan merupakan Kebenaran Sejati.

若本在昔,未聞是法者,當受眼觀、禪行、受慧見、受覺念,令意得解。
Sebagaimana sini dahulu [Kubuktikan] Dharma yang belum pernah terdengar ini, maka diperolehlah mata, diperolehlah meditasi, diperolehlah kebijaksanaan, diperolehlah keinsafan, yang membawa pembebasan pikiran.

若令在斯,未聞是四諦法者,當受道眼、受禪思、受慧、覺,令意得解。
Apabila kepada situ [Kuanjurkan] Dharma tentang Empat Kebenaran yang belum pernah terdengar ini, maka diperolehlah mata, diperolehlah meditasi, diperolehlah kebijaksanaan, diperolehlah keinsafan, yang membawa pembebasan pikiran.

若諸在彼,不得聞是四諦法者,亦當受眼、受禪、受慧、受覺,令意得解。
Apabila kepada semua sana [Kutunjukkan] Dharma tentang Empat Kebenaran yang belum pernah terdengar ini, juga diperolehlah mata, diperolehlah meditasi, diperolehlah kebijaksanaan, diperolehlah keinsafan, yang membawa pembebasan pikiran.

是為四諦三轉,合十二事;知而未淨者,吾不與也。一切世間諸天、人民,若梵、若魔、沙門、梵志,自知證已,受行戒、定、慧、解度、知見成:『是為四極。是生後不復有;長離世間,無復憂患。』」
Inilah tiga putaran (triparivarta) dari Empat Kebenaran, mentotalkan dua belas modus (dvādaśākāra); setelah mengetahuinya, namun belum juga Aku termurnikan, maka tidaklah Kuberikan hal ini [sebagai Ajaran]. Ketika dari antara seisi dunia ini dengan dewa, manusia, brahma, māra, śramaṇa, dan brāhmaṇa-nya Aku telah mengetahui dan membuktikannya sendiri, maka keberhasilan dalam mempraktikkan moralitas (śīla), konsentrasi (samādhi), kebijaksanaan (prajñā), kebebasan (vimukti), pemahaman dan pandangan (vimukti-jñāna-darśana) Kuperoleh, [dan barulah Kuproklamirkan:] ‘Inilah Empat Perhinggaan. Setelah kelahiran ini, tak ada keberadaan-kembali bagi-Ku; selamanya Kutinggalkan dunia ini, tiada lagi kesedihan dan putus asa.’ ”



佛說是時,賢者阿若拘鄰等,及八十姟天,皆遠塵離垢,諸法眼生。其比丘漏盡意解,皆得阿羅漢;及上諸習法,應當盡者,一切皆轉。
Sewaktu Buddha membabarkan hal ini, Āyuṣman Ājñāta Kauṇḍinya beserta delapan puluh koṭi dewa terjauhkan dari debu (viraja) dan terceraikan dari noda (vigatamala); timbullah pada mereka mata atas segala dharma (dharmeṣu dharmacakṣu). Keseribu bhikṣu mengakhiri kebocoran (kṣīṇāsrava) dan terbebaskan pikirannya (suvimuktacitta); semuanya mendapat Kearhatan. Dari segala dharma penyusun (samudayadharma) di atas, yang seharusnya diakhiri, mereka semua telah berpaling.



眾祐法輪聲三轉。諸天世間在法地者,莫不遍聞。至于第一四天王忉利天、焰摩天、兜術天、不驕樂天、化應聲天,至諸梵界,須臾遍聞。爾時,佛界三千日月、萬二千天地,皆大震動。
Roda Dharma Bhagavan bersuara dalam tiga putaran. Di seluruh dunia, para dewa yang berada di bumi tiada yang tidak mendengarnya. Hingga ke surga pertama Cāturmahārājakāyika, Surga Trāyastriṃśa, Surga Yāma, Surga Tuṣita, Surga Nirmāṇarati, Surga Paranirmitavaśavartin, bahkan hingga ke segala alam brahma, dalam sekejap kedengaranlah merata. Pada saat itu juga sistem dunia Buddha dengan tiga ribu matahari dan rembulan, serta dua belas ribu benua-benuanya, terguncang hebat.



是為佛眾祐,始於波羅㮈,以無上法輪,轉未轉者,照無數度。諸天人從是得道。
Demikianlah Buddha, sang Bhagavan, bermula dari Vārāṇasī memutarkan Roda Dharma Tiada Tara yang belum pernah diputar, dan menerangi tidak terhitung [makhluk supaya] terseberangkan. Sejak saat itulah para dewa dan manusia beroleh Jalan.



佛說是已,皆大歡喜。
Setelah selesai Buddha bersabda, semuanya merasa amat bergembira.







《佛說轉法輪經》
Akhir dari Dharmacakra Pravartana Sūtra






CATATAN:

¹ Cn. chên-jên 真人 — Merupakan istilah Taois yang dipergunakan dalam terjemahan kuno sebagai padanan arhat atau ārya seperti di sini. Tripiṭaka edisi Korea, akan tetapi, memberikan bacaan chü-jên 具人, dan keseluruhan klausa dapat diartikan: takkan dapat menjumpai Buddha, yang empunya kebajikan Jalan 不得值佛,道德具人.

² Penerjemah di abad-abad berikutnya memahami 正思 sebagai ‘perniatan tepat’ sehingga menggantinya dengan 正志, yang awalnya digunakan sebagai terjemahan samyak-smr̥ti (志 memang memiliki arti yang luas: ‘perhatian, pemikiran’; ‘cita-cita, kehendak, niat’). Belakangan istilah ini dimengerti lagi sebagai ‘pemikiran tepat’ sehingga kembali diganti dengan 正思惟. Lihat catatan 3 di bawah.

³ Edisi Sung, Yüan, dan Ming memberikan bacaan 正念 ‘perenungan tepat’ di sini. Namun, terjemahan terkuno biasanya menggunakan 正思 sebagai padanan samyak-saṅkalpa dan 正志 untuk samyak-smr̥ti. Terjemahan abad-abad berikutnyalah yang memadankan 正志 dengan samyak-saṅkalpa dan 正念 dengan samyak-smr̥ti. Di kemudian hari, yang menjadi standar adalah menggunakan 正思惟 untuk samyak-saṅkalpa dan 正念 untuk samyak-smr̥ti.

⁴ Paragraf ini sungguh membingungkan dan sepertinya salah tempat.

⁵ Angka ini paling bersesuaian dengan jumlah dewa yang tercerahkan di akhir Khotbah Pemutaran Roda Dharma dalam Mahāvastu Avadāna Lokottaravādin. Kai 姟 merupakan salah satu terjemahan untuk koṭi. Terjemahan lain yang juga umum adalah i 億. Satu koṭi berarti sepuluh juta (10⁷). Sebenarnya kai atau i sama-sama bukan terjemahan yang tepat dalam bahasa Tionghoa, baik dalam skala pendek maupun skala panjang.

Perpangkatan berbasis sepuluh dalam skala pendek Tionghoa adalah sbb.: 十 (10¹), 百 (10²), 千 (10³), 萬 (10⁴), 億 (10⁵), 兆 (10⁶), 京 (10⁷), 姟 (10⁸).

Sedangkan dalam skala panjang sbb.: 十 (10¹), 百 (10²), 千 (10³), 萬 (10⁴), 十萬 (10⁵), 百萬 (10⁶), 千萬 (10⁷), 億 (10⁸), 十億 (10⁹), 百億 (10¹⁰), 千億 (10¹¹), 兆 (10¹²), 十兆 (10¹³), 百兆 (10¹⁴), 千兆 (10¹⁵), 京 (10¹⁶), 十京 (10¹⁷), 百京 (10¹⁸), 千京 (10¹⁹), 姟 (10²⁰).