Sabtu, 16 Januari 2016

Pencerahan Buddha Śākyamuni

Mɑhāprɑjñāpārɑmitā Upɑdeśɑ 《大智度論》 bab I-10 (T. vol. 25, № 1509 hlm. 99b) mengutip beberapa syair yang hanya disebutkan bersumber dari Kṣudraka Piṭaka 雜藏. Apabila kita mengecek Khuddaka Nikāya Pāli, syair-syair tentang sepuluh balatentara Māra (mārasena) ini dapat ditemukan pada Pɑdhānɑ Suttɑ bait 12–15 (Sutta Nipāta 438–441), dst. Padanan gāthā tersebut ternyata juga ada dalam bab XVIII Lɑlitɑvistɑrɑ, “Nairañjanā Parivarta”; serta Mɑhāvɑstu bagian 2:240.

Syair-syair mārasena muncul kembali di bab I-25 (hlm. 169a) dengan sedikit variasi terjemahan. Kesepuluh balatentara itu ialah:
  1. Nafsu 欲 (kāma)
  2. Kedukaan/kecemasan 憂愁 (arati ‘ketidaksukaan’)
  3. Kelaparan dan kehausan 飢渴 (kṣutpipāsā)
  4. Kecintaan 愛 (tr̥ṣṇā)
    Bab I-25: 渴愛.
  5. Kantuk dan kelesuan 睡眠 (styānamiddha)
  6. Ketakutan 怖畏 (bhaya atau bhīru)
  7. Keraguan 疑 (vicikitsā)
    Bab I-25: 疑悔.
  8. Memendam racun 含毒 (mrakṣa)
    Kata mrakṣa dapat ditafsirkan beragam: ‘memendam kesombongan’ (maka pada Mɑhāvɑstu tentara ke-8 adalah māna); ‘dendam’ (pada Lɑlitɑvistɑrɑkrodhamrakṣa ‘memendam kemurkaan’ — bandingkan bab I-25: 瞋恚); atau ‘kemunafikan’.
    Pɑdhānɑ Suttɑ menambahkan: makkhathambha ‘memendam dan keras kepala’.
  9. Mencari keuntungan 利 (lābha) dan penghargaan 養 (satkāra), serta melekati ketenaran yang salah 著虚妄名聞 (mithyālabdha yaśas)
    Teks kita kekurangan ‘pujian’ (śloka). Juga pada bab I-25: 利養虛稱.
  10. Peninggian diri 自高 (ātmānaṃ utkarṣa) dan memandang rendah orang lain 輕慢於他人 (dhvaṃsayetparāṃ)
    Bab I-25: 自高蔑人.
    Mɑhāvɑstu kurang tentara ke-10 ini.

Maravijaya


Terjemahan selengkapnya disajikan di bawah:

問曰:何處説欲縛等諸結使名魔?
Tanya: Di manakah disebutkan bahwa ikatan nafsu (kāmabandhana) dan belenggu-belenggu (saṃyojana) lainnya dinamakan “māra”?

答曰:《雜藏經》中,佛説偈語魔王:
Jawab: Dalam sebuah sutra di Kṣudraka Piṭaka, Buddha mengucapkan gāthā kepada Raja Māra:

「欲是汝初軍  憂愁軍第二
 飢渇軍第三  愛軍在第四

 “Nafsu adalah tentaramu yang pertama.
 Tentara kedukaan adalah yang kedua.
 Tentara kelaparan dan kehausan adalah yang ketiga.
 Tentara kecintaan menempati yang keempat.

 第五睡眠軍  怖畏軍第六
 疑爲第七軍  含毒軍第八

 Yang kelima, tentara kantuk dan kelesuan.
 Tentara ketakutan adalah yang keenam.
 Keraguan merupakan tentara yang ketujuh.
 Memendam racun adalah yang kedelapan.

 第九軍利養  著虚妄名聞
 第十軍自高  輕慢於他人

 Tentara kesembilan adalah mencari keuntungan dan penghargaan,
 serta melekati ketenaran yang salah.
 Tentara yang kesepuluh adalah peninggian diri
 dan memandang rendah orang lain.

 汝軍等如是  一切世間人
 及諸一切天  無能破之者

 Inilah semua balatentaramu.
 Di seluruh dunia, manusia
 beserta para dewanya,
 tiada yang sanggup menghancurkannya.

 我以智慧箭  修定智慧力
 摧破汝魔軍  如坏瓶沒水

 Dengan anak panah Prajñā
 — berkat kekuatan pengembangan konsentrasi dan kebijaksanaan —
 akan kuhancurleburkan tentaramu, o Māra,
 seperti tembikar mentah (yang belum dibakar) dibenamkan ke air.

 一心修智慧  以度於一切
 我弟子精進  常念修智慧

 Kebijaksanaan Kukembangkan dengan batin terpadu
 demi menyelamatkan semua (makhluk di segala tempat).
 Siswa-siswa-Ku pun akan bersemangat,
 penuh perhatian selalu mengembangkan kebijaksanaan.

 隨順如法行  必得至涅槃
 汝雖不欲放  到汝不到處」

 Melaksanakan praktek sesuai Dharma,
 niscaya mereka dapat mencapai Nirvāṇa.
 Meskipun tak hendak engkau melepaskan mereka,
 akan sampailah mereka ke tempat yang tak dapat kausampai.”

 是時魔王聞  愁憂即滅去
 是魔惡部黨  亦復沒不現

 Tatkala Raja Māra mendengarnya,
 dengan cemas raiblah ia melarikan diri.
 Kawanan anak-buahnya yang jahat
 pun ikut lenyap tak kelihatan.

是名諸結使魔。
Demikianlah segala belenggu dinamakan “māra”.






【Perbandingan Berbagai Versi Paralel:】


Pɑdhānɑ Suttɑ
(Sutta Nipāta, Mahā Vagga)
Lɑlitɑvistɑrɑ
Bab XVIII: “Nairañjanā Parivarta”
Mɑhāvɑstu
2:240
12. Kāmā te paṭhamā senā
dutiyā arati vuccati,
Tatiyā khuppipāsā te
catutthi taṇhā pavuccati.

13. Pañcamaṃ thīnamiddhaṃ te
chaṭṭhā bhīru pavuccati,
Sattamī vicikicchā te
makkho thambho te aṭṭhamo.

14. Lābho siloko sakkāro
micchāladdho ca yo yaso,
Yo cattānaṃ samukkaṃse
pare ca avajānati.

15. Esā namuci te senā
kaṇhassābhippahāriṇī,



Na taṃ asūro jināti
jetvā ca labhate sukhaṃ.

17. Pagāḷhettha na dissanti
eke samaṇabrāhmaṇā.
Tañ ca maggaṃ na jānanti
yena gacchanti subbatā

19. Yan te taṃ nappasahati
senaṃ loko sadevako,
Tan te paññāya bhecchāmi
āmaṃ pattaṃva asmanā.

20. Vasiṃ karitvā saṃkappaṃ
satiñ ca suppatiṭṭhitaṃ,
Raṭṭhā raṭṭhaṃ vicarissaṃ
sāvake vinayaṃ puthu.




21.Te appamattā pahitattā
mama sāsanakārakā,
Akāmassa te gamissanti
yattha gantvāna socare.
17. Kāmāste prathamā senā
dvitīyā aratistathā /
Tr̥tīyā kṣutpipāsā te
tr̥ṣṇā senā caturthikā //

18. Pañcamī styānamiddhaṃ te
bhayaṃ ṣaṣṭī nirucyate /
Saptamī vicikitsā te
krodhamrakṣau tathāṣṭamī //

19. Lobhaślokau ca saṃskārau
mithyālabdhaṃ ca yadyaśaḥ /
Ātmānaṃ yaśca utkarṣed-
yaśca vai dhvaṃsayetparāṃ //

20. Eṣā hi namuceḥ senā
Kr̥ṣṇabandhoḥ pratāpinaḥ /






Atrāvagāḍhā dr̥śyante
ete śramaṇabrāhmaṇāḥ //



21. Yā te senā dharṣayati
lokamenaṃ sadevakam /
Bhetsyāmi prajñayā tāṃ te
āmapātramivāmbunā //


22. Smr̥tiṃ sūpasthitāṃ kr̥tvā


prajñāṃ caiva subhāvitām /
Saṃprajānaṃ cariṣyāmi
kiṃ kariṣyasi durmate //





Kāmā te prathamā senā
dvitīyā ārati vuccati /
Tr̥tīyā kṣutpipāsā ca
caturthī tr̥ṣṇā vuccati //

Paṃcamā styānamiddhaṃ te
ṣaṣṭhī bhīru pravuccati /
Saptamā vicikitsā te
mānārtho bhoti aṣṭamā /

Lobho ti śloko satkāro
mithyālabdho ca yo yaśo //



Eṣā namucino senā
sannaddhā ucchritadhvajā /
Pragāḍhā atra dr̥śyante
eke śramaṇabrāhmaṇāḥ //

Na tām aśūro jayati
jitvā vā anuśocati /








Tāṃ prajñāya te bhetsyāmi
āmapātraṃ va ambunā //

Vaśīkaritvāna te śalyaṃ
kr̥tvā sūpasthitāṃ smr̥taṃ /
Ālabdhavīryo viharanto
vineṣyaṃ śrāvakāṃ pi tu //




Pramādam anuyujanti
bālā durmedhino janā /
Gaṃsāmi te akāmasya
yatra duḥkhaṃ nirudhyati //
25. Tassa sokaparetassa
vīṇā kacchā abhassatha,
Tato so dummano yakkho
tatthevantaradhāyathā ’ti
Evamukte māraḥ pāpīyān duḥkhī durmanā anāttamanā vipratisārī tatraivāntaradhāt / Tasya śokaparītasya
vināśaṃ gacchi ucchriti /
Tataś ca durmano yakṣo
tatraivāntarahāyithā //



REFERENSI:
  1. Dharma Master Chêng Yen, Overcoming the Ten Evil Forces, diterjemahkan oleh Norman Yuan (Taipei: Tzu Chi Buddhist Cultural Center, 1997).
  2. Narada Mahathera, The Buddha and His Teachings, edisi ke-4 (Kuala Lumpur: The Buddhist Missionary Society, 1988), hlm. 27–30.

Jumat, 01 Januari 2016

TIDUR MIRING KE KANAN


Posisi tidur singa (siṃhaśayyā)
若仰向者,阿脩羅臥。覆地者,餓鬼臥。左脅臥者,貪欲人臥。比丘應如師子獸王,顧身臥。
“Berbaring telentang merupakan cara tidur asura.
Berbaring tengkurap merupakan cara tidur preta.
Berbaring dengan sisi kiri adalah cara tidur orang serakah dan penuh nafsu.
Seorang bhikṣu harus seperti singa, raja para binatang, yang memperhatikan cara ia membaringkan badan.”

—— Mahāsāṅghika Vinaya 《摩訶僧祇律》 fasc. 35
(T. vol. XXII, hlm. 507a)






Menurut penjelasan medis tidur menghadap ke sebelah kanan memiliki manfaat sebagai berikut:
  1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri.
  2. Secara anatomis, otak manusia terbagi menjadi dua bagian, kanan dan kiri. Bagian kanan adalah otak yang mempersarafi organ tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Umumnya kita menggunakan organ tubuh bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktivitas seperti makan, memegang dan lainnya. Dengan tidur pada posisi sebelah kanan, maka otak bagian kiri, yang mempersarafi segala aktivitas organ tubuh bagian kanan, akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang melambat saat tidur/diam. Bahaya tersebut meliputi pengendapan bekuan darah, lemak, asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah. Sehingga jika seseorang berisiko terkena stroke, maka yang berisiko adalah otak bagian kanan, dengan akibat kelumpuhan pada sebelah kiri (bagian yang tidak dominan).
  3. Mengurangi beban jantung.
  4. Posisi tidur ke sebelah kanan yang rata, memungkinkan cairan tubuh (darah) terdistribusi merata dan terkonsentrasi di sebelah kanan (bawah). Hal ini akan menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar jantung lebih rendah. Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga akan menurun. Kondisi ini akan membantu kualitas tidur. Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri. Tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah jantung yang berlebihan karena darah yang masuk ke atrium juga banyak, yang disebabkan karena paru-paru kanan berada di atas. Sedangkan paru-paru kanan mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.
  5. Mengistirahatkan lambung.
  6. Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap ke arah kanan bawah. Jika seorang tidur ke sebelah kiri maka proses pengeluaran chime (makanan yang telah dicerna oleh lambung dan bercampur asam lambung) akan sedikit terganggu, hal ini akan memperlambat proses pengosongan lambung. Hambatan ini pada akhirnya akan meningkatkan akumulasi asam yang akan menyebabkan erosi dinding lambung. Posisi ini juga akan menyebabkan cairan usus yang bersifat basa bisa masuk balik menuju lambung, dengan akibat erosi dinding lambung dekat pylorus.
  7. Meningkatkan pengosongan kandung empedu dan pankreas.
  8. Adanya aliran chime yang lancar akan menyebabkan keluaran cairan empedu juga meningkat, hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung empedu. Keluaran getah pankreas juga akan meningkat dengan posisi miring ke kanan.
  9. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi.
  10. Saat tidur pergerakan usus meningkat. Dengan posisi sebelah kanan, maka perjalanan makan yang telah tercerna dan siap diserap akan menjadi lebih lama, hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada di bawah. Waktu yang lama selama tidur memungkinkan penyerapan bisa optimal.
  11. Merangsang buang air besar (BAB).
  12. Dengan tidur miring ke sebelah kanan, proses pengisian usus besar sigmoid (sebelum anus) akan lebih cepat penuh. Jika sudah penuh, akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga mudah buang air besar.
  13. Mengisitirahatkan kaki kiri.
  14. Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna menyeimbangkan posisi saat beraktivitas, cenderung menggunakan kaki kiri sebagai pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri biasanya cenderung lebih merasa pegal dari kanan, apalagi kaki menempati posisi paling bawah. Dan aliran darah di kaki untuk kembali cenderung lebih lambat. Jika tidur miring kanan, maka pengosongan vena kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang.
  15. Menjaga kesehatan paru-paru.
  16. Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru-paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.
  17. Menjaga saluran pernafasan.
  18. Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi telentang mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah, yang juga mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur. Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.

Semoga bermanfaat.